HIDUP BUKAN
UNTUK MENYERAH
( sebuah
refleksi milad ke 45 )
by Paeran
Hari ini, empat tahun yang lalu, aku
memulai tugas sebagai pengawas sekolah
setelah kurang lebih tiga belas tahun mengabdi sebagai guru di lembaga
pendidikan yang namanya sekolah.
Berawal dari guru SMP dengan status PNS
pada tahun 2000 di sekolah yang jauh dari pusat kabupaten, sebuah desa penempatan
transmigrasi tepatnya di SMP N 4 Sangkulirang, sebuah desa yang saat itu bisa
jadi merupakan daerah terpencil yang sulit di jangkau dengan transportasi
darat, sehingga satu-satunya akses adalah transportasi melalui sungai dan laut
Seiring dengan pemekaran daerah
kabupaten baru, SMPN 4 Sangkulirang
berubah menjadi SMPN 3 Sangkulirang dan berubah nama kembali menjadi SMPN 1
Kaliorang setelah Kaliorang dimekarkan
menjadi Kecamatan sendiri.
Hidup bukan untuk menyerah ...
Bagi ku ... hidup bersama dengan
masyarakat transmigran sebenarnya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi, karena
transmigrasi merupakan bagian dari kehidupanku.
Justru yang menjadi masalah adalah harus meninggalkan keluarga, karena
istri dan anak-anak masih harus menetap di Kota Samarinda.
Bukan tidak mau memboyong istri dan
anak-anak ke tempat tugas, namun kondisi lingkungan dan keluarga yang memang
belum memungkinkan untuk hidup bersama di tempat tugas sebagai abdi negara di
daerah yang terpencil untuk saat itu.
Mengabdi sebagai seorang guru di sekolah
yang jauh dari pusat kabupaten dengan
kondisi masyarakat pedesaan memiliki kesan yang sangat mendalam baik suka
maupun duka. Berbagai macam peristiwa
dan kejadian menjadi penempa untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bijaksana
dalam bertindak.
Lebih kurang lima tahun mengabdi di SMP
N 1 Kaliorang desa Bangun Jaya Kecamatan Kaliorang, tepatnya bulan Juli 2005
tantangan baru harus aku terima dengan terbitnya surat pindah tugas ke SMK N
Sangatta. Ada perasaan bahagia juga
sedih karena harus meninggalkan desa yang sangat indah dengan masyarakatnya
yang penuh dengan kesederhanaan dengan karakter budaya yang masih menjunjung kebersamaan, gotong
royong, sopan santun, dan saling menghormati.
Hidup bukan untuk menyerah ...
Tantangan baru menanti di SMK N Sangatta
Kabupaten Kutai Timur. Sebagai sekolah baru menuntut totalitas dalam
pengabdian, di sisi lain tuntutan tanggung jawab sebagai kepala keluarga
juga harus dihadapi. Karena saat
itu aku juga memboyong keluarga untuk tinggal
bersama di Sangatta.
Babak baru telah dimulai, baik dalam
bertugas sebagai pendidik maupun sebagai kepala keluarga. Di tempat tugas baru ini memang memiliki
tantangan tersendiri karena sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah umum
lainnya seperti SMP dan SMA.
Pengalaman menjadi guru honorer di
sekolah kejuruan di Kota Samarinda menjadi bekal yang sangat membantu dalam
melaksanakan tugas di SMK N Sangatta.
Terlebih memiliki bidang kejuruan yang sama. Perlahan namun pasti
perkembangan SMK N Sangatta dari tahun ke tahun tidak bisa di kesampingkan,
berbagai prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik telah diraih.
Perjalanan karir ku boleh dibilang cukup
baik, kurang lebih tiga tahun sejak
bertugas di SMK N Sangatta, tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah sudah aku
terima. Sebagai Kepala SMK N 1 Sangatta Utara yang merupakan nama baru dari SMK
N Sangatta menjadi hal penting dalam perjalanan karir selanjutnya.
Memimpin sebuah lembaga pendidikan
khususnya sekolah kejuruan memang tidak mudah, banyak tantangan yang harus
diramu sehingga menjadi sebuah peluang dalam memajukan sekolah. Kerja keras dan kerjasama semua elemen yang
ada mulai dari petugas kebersihan, penjaga sekolah, staf administrasi, guru,
komite dan semua warga sekolah serta dukungan masyarakat terutama yang berada
dilingkungan sekolah pekerjaan yang semula terasa berat perlahan menjadi ringan
dan membuahkan hasil. Satu demi satu prestasi
sekolah baik siswa maupun guru mulai diraih baik tingkat daerah maupun
propinsi.
Memang belum banyak prestasi sekolah
yang dapat diraih, karena sebagai
sekolah baru masih banyak yang harud
dibenahi, mulai sarana belajar
sampai pada infrstruktur seperti akses jalan masuk ke sekolah yang saat itu
masih sulit di jangkau, saat hujan licin dan berlumpur bahkan banjirpun
seringkali membuat jalan dan halaman sekolah tenggelam. Ironisnya lagi sebagai
sekolah kejuruan yang nota bene energi listrik sebagai penggerak
peralatan-peralatan praktik siswa pun baru bisa terpasang pada masa
kepemimpinan ku. Terima kasih kepada PT KPC Sangatta yang telah membantu
pemasangan jaringan PLN melalui program CSR nya.
Hidup bukan untuk menyerah ...
Babak kedua dimulai ...
Ini adalah masa-masa sulit dalam karir
ku. Belum genap satu periode menahkodai
SMK N 1 Sangatta Utara, aku harus menerima putusan bupati melalui surat
keputusannya, dan harus menerima tugas baru di di SMK N 1 Bengalon yang
lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggal.
Tidak tahu secara pasti alasan pemindah
tugasan tersebut. Sebagai seorang abdi
negara yang patuh terhadap sumpah jabatan harus siap diberikan tugas oleh
pimpinan kapan dan di mana pun. Kecewa
adalah lumrah dan manusiawai, namun atas dasar pengabdian harus siap
melaksanakan tugas baru tersebut.
.....
Pagi itu, dengan do'a dan niat
pengabdian aku berangkat ke sebuah desa tempat akan dilaksanakannya pengukuhan
Kepala Sekolah se Kecamatan Bengalon oleh Bapak Bupati. Dengan berkendara sepeda motor, aku menerobos
dinginnya pagi melaju melewati jalur Rantau Pulung. Jalan berdebu, berbatu bahkan juga berlumpur
adalah hal biasa. Butuh kesabaran dan semangat yang tinggi untuk dapat
mencapainya.
Hidup bukan untuk menyerah ...
Ketegaran dan semangat pengabdian yang
besar terasa surut, saat ... tak terasa
air mata mengalir menerpa debu tipis yang menempel dipipi. Lambaian dedaunan semak belukar di kanan kiri jalan seolah menjadi lambaian perpisahanku dengan
kerabat yang selama ini menjadi rekan kerja ku.
Bongkahan batu di jalanan seolah mengisyaratkan ... banyak nya rintangan
dan tantangan untuk karir dan kehidupan ku di masa mendatang.
Perjuangan dalam pengabdian tidak
berhenti sampai di sini, banyak kendala
yang harus dihadapi baik dari dalam maupun
luar sekolah. Masa inilah menjadi masa tersulit bagi ku. Masa yang hanya
sekitar setahun telah menjadikan masa yang suram dalam berkarir. Yah... biarkan
semua berlalu, ..... bagi orang yang
tidak paham dan mengerti dengan permasalahan
sebenarnya pasti akan memvonis, aku telah melakukan kesalahan besar
dalam tugas. Dan sepertinya ada sebuah kekuatan terorganisir yang sengaja
menginginkan ku pergi dari sekolah tersebut.
Wallohuhualam ...
Di masa - masa sulit tersebut aku merasa
benar-benar kehilangan semuanya ... putus asa, tidak ada lagi yang bisa
diperbuat. Teman yang selama ini nampak
mendukung ternyata cuci tangan seolah
tidak tahu menau dan bahkan ada yang turut menusuk dari dalam. Sakit memang dikhianati teman sendiri. Aku
baru sadar ternyata saat ini sulit mencari teman sejati, banyak
teman saat senang, tapi
sebaliknya ... saat sulit teman banyak yang pergi menjauh. Walaupun demikian masih ada keyakinan ku,
tidak semua teman akan berkhianat, masih banyak teman setia yang tetap menjaga
silahturahmi dan menjadi teman sejati.
Terima kasih pada istri tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu
setia menemani baik saat sulit maupun senang.
Juga terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Bapak H Iman
Hidayat Kepala Dinas Pendidikan saat itu, yang tetap membantu hingga semuanya
berakhir walaupun taruhannya harus menyerahkan kembali tugas tambahan sebagai
Kepala Sekolah. Aku yakin itu adalah yang terbaik baik bagi ku juga kelangsungan sekolah sebagai lembaga
Pendidikan. Permohanan ma'af dan terima kasih pada guru-guru dan seluruh warga
SMKN 1 Bengalon atas semua kejadian yang ada.
Biarlah semua ini menjadi pengalaman pahit yang tidak harus di ketahui
oleh orang lain terlebih bagi yang tidak pernah mau mengerti dengan yang sebenarnya. Hanya Alloh yang maha tau semuanya, dan
yakin semua adalah bagian dari sekenario Alloh SWT untuk hambanya agar
bertambah keimanan dan ketakwa'an Nya.
Babak ketiga di mulai ...
Ucapan syukur "alhamdulillah"
... dan niat pengabdian mengawali tugas saya di tempat yang baru setelah
kembali ke SMK N 1 Sangatta Utara.
Walaupun aku bukan lagi sebagai kepala sekolah tapi tetap komitmen untuk
profesional dalam bertugas. Aku tidak
mau kehadiran ku menjadi sebuah masalah baru dilingkungan tugas ku. Walaupun
aku yakin kehadiran ku sedikit banyak akan mempengaruhi teman sekerja juga
pimpinan sekolah.
Tidak banyak yang aku lakukan ditempat
tugas baruku, kec\uali pada batas tugas dan fungsi yang diberikan pimpinan.
Perasaan kecewa dan putus asa atas kegagalan ku sebelumnya masih belum hilang
sepenuhnya. Rasa marah ... dendam pun
terkadang muncul, walaupun tidak tau pasti harus marah dan dendam pada
siapa.
Melupakan kejadian-kejadian yang
menyakitkan memang sulit, mungkin itu salah satu sifat manusia yang Alloh
berikan pada manusia agar manusia bisa membedakan antara kesusahan dan
kebahagiaan. Dengan begitu manusia akan
menjadikan hati nuraninya sebagai ukuran dalam bertindak, bertingkah laku
terhadap sesamanya.
Babak ke empat dimulai ...
Pagi itu, senin tanggal 8 April 2013
tiba-tiba kepala sekolah datang keruang
guru dan memberitahu, bahwa aku di panggil sekretaris Dinas Pendidikan untuk
menghadap beliau di kantornya. Muncul
tanda tanya besar dalam benakku ... ada apa ini ? kesalahan apa yang aku lakukan tiba-tiba
sekretaris dinas memanggil ku ...
Assalamu"alaikum ...
Sembari mengetuk pintu ruang bapak
sekretaris dinas aku ucapkan salam ... "silahkan masuk" kata beliau
yang ternyata sudah menunggu dikursi empuknya.
Tanda tanya besar masih berkecamuk dalam benak ku. Sambil mempersilahkan duduk beliau mengawali
pembicaraan, walaupun masih dilanda kebingungan aku duduk di hadapan bapak
sekretaris. Tiba-tiba saja belau memerintahkan
agar aku bersiap-siap pakaian jas lengkap dihari kamis mendatang.
Ditengah kebingungan yang sejak awal
sudah menyelimuti benak ku. ... aku beranikan bertanya maksud dari semua
ini. Antara senang, bangga juga kecewa
campur aduk mendengar penjelasan bapak sekretaris. Aku pun mulai merenung sejenak untuk mencerna
dan memahami penjelasan beliau.
Ada perasaan bangga dengan tugas baru
sebagai Pengawas Sekolah, namun juga kecewa dan sedih karena hingga saat ini
profesi Pengawas Sekolah masih dianggap oleh sekelompok orang hanya sebagai
tempat parkir menunggu masa pensiun juga
profesi ini masih dipandang sebelah mata sehingga sering dikesampingkan.
Hari yang aku nanti akhirnya tiba, kamis
10 April 2013 di Kantor Bupati, Bapak Bupati melantik dan mengukuhkan para
pejabat struktural Kutai Timur termasuk Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah. Aku berharap kehadiran ku akan
merubah warna Pengawas Sekolah menjadi warna yang disenangi dan diharapkan
orang banyak terutama guru-guru dan sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Timur.
Aku yakin ini adalah kado terindah dihari ulang tahun ku .. aku ingin membawa
peruban yang lebih baik Korps Pengawas Sekolah di Kutai Timur.
Hari-hari pertama menjalani tugas
sebagai Pengawas Sekolah memang terasa canggung, sepertinya butuh adaptasi
dengan lingkungan dan pergaulan. Karena
hampir semua teman pengawas memilki usia lebih senior dengan masa kerja juga
jauh di atas ku, mungkin ini salah satu yang harus aku pahami sebagi orang baru
dan masih tergolong muda.
Tahun
pertama berlalu sebagai pengawas sekolah belum banyak yang aku lakukan,
semua berlalu begitu saja. Aku masih terusik dengan pandangan orang-orang yang
menganggap Pengawas Sekolah hanya sebagai kumpulan orang yang terbuang dan
sengaja di parkir menunggu masa pensiun.
Itu semua sangat mengganggu hari-hari ku dalam bertugas, terasa putus asa
dan hilang semangat untuk berkarya.
Aku berfikir ...
Inilah akhir perjalanan karir ku ...
Hidup bukan untuk menyerah ...
Kalimat sederhana ini sangat bermakna,
memang aku tidak boleh menyerah, ... putus asa dan merasa terbuang oleh
keadaan. Perjalanan ini belum berakhir,
perjuangan tetap harus berlanjut, dan
pastinya ini adalah yang terbaik untuk ku, Alloh maha pengasih dan
penyayang ... maha tahu atas segalanya.
Aku harus merubah semua, Pengawas Sekolah adalah Profesi baru ku ...
kalu selama ini banyak anggapan yang negatif terhadap Profesi Pengawas Sekolah
itu karena para pelakunya sendiri yang tidak mau menjadikan profesinya
benar-benar profesional. Ini aku sadari
... masih banyak Pengawas Sekolah yang enggan meningkatkan kompetensinya, dan
belum maksimal dalam menjalankan profesinya.
Disisi lain sistem perekrutan Pengawas
Sekolah juga masih perlu adanya perbaikan dan perubahan. Jika menginginkan Pengawas Sekolah yang
kompeten, harusnya juga berawal dari guru yang memiliki kompetensi sesuai yang
dipersyaratkan. Banyak Pengawas Sekolah
yang dianggap kurang kompeten karena memang sejak awal ... sejak
pengangkatannya pun berasal dari guru / kepala sekolah yang memang kurang
mendukung kompetensinya.
Ini menjadi tantangan terberat ...
banyak yang harus aku perbaiki, setidaknya aku harus selalu meningkatkan
kompetensi yang aku miliki.
Karir ku belum berakhir ...
Hidup bukan untuk menyerah ...
Terima kasih dan maaf untuk semua nya,
bimbingan dan arahannya tetap aku butuhkan
...
^^^refleksi di milad ku ke 45^^^
9 april 1972 / 9 april 2017
^^^refleksi di milad ku ke 45^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar