Minggu, 16 April 2017

Hidup Bukan Untuk Menyerah


HIDUP BUKAN UNTUK MENYERAH
( sebuah refleksi milad ke 45 )
by Paeran


Hari ini, empat tahun yang lalu, aku memulai tugas  sebagai pengawas sekolah setelah kurang lebih tiga belas tahun mengabdi sebagai guru di lembaga pendidikan yang namanya sekolah.

Berawal dari guru SMP dengan status PNS pada tahun 2000 di sekolah yang jauh dari pusat kabupaten, sebuah desa penempatan transmigrasi tepatnya di SMP N 4 Sangkulirang, sebuah desa yang saat itu bisa jadi merupakan daerah terpencil yang sulit di jangkau dengan transportasi darat, sehingga satu-satunya akses adalah transportasi melalui sungai dan laut


Seiring dengan pemekaran daerah kabupaten baru,  SMPN 4 Sangkulirang berubah menjadi SMPN 3 Sangkulirang dan berubah nama kembali menjadi SMPN 1 Kaliorang setelah Kaliorang dimekarkan  menjadi Kecamatan sendiri.

Hidup bukan untuk menyerah ...
Bagi ku ... hidup bersama dengan masyarakat transmigran sebenarnya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi, karena transmigrasi merupakan bagian dari kehidupanku.  Justru yang menjadi masalah adalah harus meninggalkan keluarga, karena istri dan anak-anak masih harus menetap di Kota Samarinda.

Bukan tidak mau memboyong istri dan anak-anak ke tempat tugas, namun kondisi lingkungan dan keluarga yang memang belum memungkinkan untuk hidup bersama di tempat tugas sebagai abdi negara di daerah yang terpencil untuk saat itu.

Mengabdi sebagai seorang guru di sekolah yang jauh dari  pusat kabupaten dengan kondisi masyarakat pedesaan memiliki kesan yang sangat mendalam baik suka maupun duka.  Berbagai macam peristiwa dan kejadian menjadi penempa untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bijaksana dalam bertindak.

Lebih kurang lima tahun mengabdi di SMP N 1 Kaliorang desa Bangun Jaya Kecamatan Kaliorang, tepatnya bulan Juli 2005 tantangan baru harus aku terima dengan terbitnya surat pindah tugas ke SMK N Sangatta.  Ada perasaan bahagia juga sedih karena harus meninggalkan desa yang sangat indah dengan masyarakatnya yang penuh dengan kesederhanaan dengan karakter budaya  yang masih menjunjung kebersamaan, gotong royong, sopan santun, dan saling menghormati.

Hidup bukan untuk menyerah ...
Tantangan baru menanti di SMK N Sangatta Kabupaten Kutai Timur. Sebagai sekolah baru menuntut totalitas dalam pengabdian, di sisi lain tuntutan tanggung jawab sebagai kepala  keluarga  juga harus dihadapi.  Karena saat itu  aku juga memboyong keluarga untuk tinggal bersama di Sangatta. 

Babak baru telah dimulai, baik dalam bertugas sebagai pendidik maupun sebagai kepala keluarga.  Di tempat tugas baru ini memang memiliki tantangan tersendiri karena sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah umum lainnya seperti SMP dan SMA.

Pengalaman menjadi guru honorer di sekolah kejuruan di Kota Samarinda menjadi bekal yang sangat membantu dalam melaksanakan tugas di SMK N Sangatta.  Terlebih memiliki bidang kejuruan yang sama. Perlahan namun pasti perkembangan SMK N Sangatta dari tahun ke tahun tidak bisa di kesampingkan, berbagai prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik telah diraih.

Perjalanan karir ku boleh dibilang cukup baik,  kurang lebih tiga tahun sejak bertugas di SMK N Sangatta, tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah sudah aku terima. Sebagai Kepala SMK N 1 Sangatta Utara yang merupakan nama baru dari SMK N Sangatta menjadi hal penting dalam perjalanan karir selanjutnya.

Memimpin sebuah lembaga pendidikan khususnya sekolah kejuruan memang tidak mudah, banyak tantangan yang harus diramu sehingga menjadi sebuah peluang dalam memajukan sekolah.  Kerja keras dan kerjasama semua elemen yang ada mulai dari petugas kebersihan, penjaga sekolah, staf administrasi, guru, komite dan semua warga sekolah serta dukungan masyarakat terutama yang berada dilingkungan sekolah pekerjaan yang semula terasa berat perlahan menjadi ringan dan membuahkan hasil.  Satu demi satu prestasi sekolah baik siswa maupun guru mulai diraih baik tingkat daerah maupun propinsi. 

Memang belum banyak prestasi sekolah yang dapat diraih,  karena sebagai sekolah baru masih banyak yang harud  dibenahi,  mulai sarana belajar sampai pada infrstruktur seperti akses jalan masuk ke sekolah yang saat itu masih sulit di jangkau, saat hujan licin dan berlumpur bahkan banjirpun seringkali membuat jalan dan halaman sekolah tenggelam. Ironisnya lagi sebagai sekolah kejuruan yang nota bene energi listrik sebagai penggerak peralatan-peralatan praktik siswa pun baru bisa terpasang pada masa kepemimpinan ku. Terima kasih kepada PT KPC Sangatta yang telah membantu pemasangan jaringan PLN melalui program CSR nya.

Hidup bukan untuk menyerah ...

Babak kedua dimulai ...
Ini adalah masa-masa sulit dalam karir ku.  Belum genap satu periode menahkodai SMK N 1 Sangatta Utara, aku harus menerima putusan bupati melalui surat keputusannya, dan harus menerima tugas baru di di SMK N 1 Bengalon yang lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggal.

Tidak tahu secara pasti alasan pemindah tugasan tersebut.  Sebagai seorang abdi negara yang patuh terhadap sumpah jabatan harus siap diberikan tugas oleh pimpinan kapan dan di mana pun.  Kecewa adalah lumrah dan manusiawai, namun atas dasar pengabdian harus siap melaksanakan tugas baru tersebut.

.....
Pagi itu, dengan do'a dan niat pengabdian aku berangkat ke sebuah desa tempat akan dilaksanakannya pengukuhan Kepala Sekolah se Kecamatan Bengalon oleh Bapak Bupati.  Dengan berkendara sepeda motor, aku menerobos dinginnya pagi melaju melewati jalur Rantau Pulung.  Jalan berdebu, berbatu bahkan juga berlumpur adalah hal biasa. Butuh kesabaran dan semangat yang tinggi untuk dapat mencapainya.

Hidup bukan untuk menyerah ...

Ketegaran dan semangat pengabdian yang besar terasa surut,  saat ... tak terasa air mata mengalir menerpa debu tipis yang menempel dipipi.  Lambaian dedaunan  semak belukar di kanan kiri jalan  seolah menjadi lambaian perpisahanku dengan kerabat yang selama ini menjadi rekan kerja ku.  Bongkahan batu di jalanan seolah mengisyaratkan ... banyak nya rintangan dan tantangan untuk karir dan kehidupan ku di masa mendatang.

Perjuangan dalam pengabdian tidak berhenti sampai di sini,  banyak kendala yang harus dihadapi baik dari dalam maupun  luar sekolah. Masa inilah menjadi masa tersulit bagi ku. Masa yang hanya sekitar setahun telah menjadikan masa yang suram dalam berkarir. Yah... biarkan semua berlalu, .....  bagi orang yang tidak paham dan mengerti dengan permasalahan  sebenarnya pasti akan memvonis, aku telah melakukan kesalahan besar dalam tugas. Dan sepertinya ada sebuah kekuatan terorganisir yang sengaja menginginkan ku pergi dari sekolah tersebut.  Wallohuhualam ...

Di masa - masa sulit tersebut aku merasa benar-benar kehilangan semuanya ... putus asa, tidak ada lagi yang bisa diperbuat.  Teman yang selama ini nampak mendukung ternyata  cuci tangan seolah tidak tahu menau dan bahkan ada yang turut menusuk dari dalam.  Sakit memang dikhianati teman sendiri. Aku baru sadar ternyata saat ini sulit mencari teman sejati,  banyak  teman saat senang,  tapi sebaliknya ... saat sulit teman banyak yang pergi menjauh.  Walaupun demikian masih ada keyakinan ku, tidak semua teman akan berkhianat, masih banyak teman setia yang tetap menjaga silahturahmi dan menjadi teman sejati.  Terima kasih pada istri tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu setia menemani baik saat sulit maupun senang.  Juga terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Bapak H Iman Hidayat Kepala Dinas Pendidikan saat itu, yang tetap membantu hingga semuanya berakhir walaupun taruhannya harus menyerahkan kembali tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Aku yakin itu adalah yang terbaik baik bagi ku  juga kelangsungan sekolah sebagai lembaga Pendidikan. Permohanan ma'af dan terima kasih pada guru-guru dan seluruh warga SMKN 1 Bengalon atas semua kejadian yang ada.  Biarlah semua ini menjadi pengalaman pahit yang tidak harus di ketahui oleh orang lain terlebih bagi yang tidak pernah mau mengerti dengan yang sebenarnya.   Hanya Alloh yang maha tau semuanya, dan yakin semua adalah bagian dari sekenario Alloh SWT untuk hambanya agar bertambah keimanan dan ketakwa'an Nya.

Babak ketiga di mulai  ...
Ucapan syukur "alhamdulillah" ... dan niat pengabdian mengawali tugas saya di tempat yang baru setelah kembali ke SMK N 1 Sangatta Utara.  Walaupun aku bukan lagi sebagai kepala sekolah tapi tetap komitmen untuk profesional dalam bertugas.  Aku tidak mau kehadiran ku menjadi sebuah masalah baru dilingkungan tugas ku. Walaupun aku yakin kehadiran ku sedikit banyak akan mempengaruhi teman sekerja juga pimpinan sekolah.

Tidak banyak yang aku lakukan ditempat tugas baruku, kec\uali pada batas tugas dan fungsi yang diberikan pimpinan. Perasaan kecewa dan putus asa atas kegagalan ku sebelumnya masih belum hilang sepenuhnya.  Rasa marah ... dendam pun terkadang muncul, walaupun tidak tau pasti harus marah dan dendam pada siapa. 

Melupakan kejadian-kejadian yang menyakitkan memang sulit, mungkin itu salah satu sifat manusia yang Alloh berikan pada manusia agar manusia bisa membedakan antara kesusahan dan kebahagiaan.  Dengan begitu manusia akan menjadikan hati nuraninya sebagai ukuran dalam bertindak, bertingkah laku terhadap sesamanya.

Babak ke empat dimulai ...
Pagi itu, senin tanggal 8 April 2013 tiba-tiba kepala sekolah  datang keruang guru dan memberitahu, bahwa aku di panggil sekretaris Dinas Pendidikan untuk menghadap beliau di kantornya.  Muncul tanda tanya besar dalam benakku ... ada apa ini ?  kesalahan apa yang aku lakukan tiba-tiba sekretaris dinas memanggil ku ...

Assalamu"alaikum ...
Sembari mengetuk pintu ruang bapak sekretaris dinas aku ucapkan salam ... "silahkan masuk" kata beliau yang ternyata sudah menunggu dikursi empuknya.  Tanda tanya besar masih berkecamuk dalam benak ku.  Sambil mempersilahkan duduk beliau mengawali pembicaraan, walaupun masih dilanda kebingungan aku duduk di hadapan bapak sekretaris.  Tiba-tiba saja belau memerintahkan agar aku bersiap-siap pakaian jas lengkap dihari kamis mendatang. 

Ditengah kebingungan yang sejak awal sudah menyelimuti benak ku. ... aku beranikan bertanya maksud dari semua ini.  Antara senang, bangga juga kecewa campur aduk mendengar penjelasan bapak sekretaris.  Aku pun mulai merenung sejenak untuk mencerna dan  memahami penjelasan beliau. 

Ada perasaan bangga dengan tugas baru sebagai Pengawas Sekolah, namun juga kecewa dan sedih karena hingga saat ini profesi Pengawas Sekolah masih dianggap oleh sekelompok orang hanya sebagai tempat parkir menunggu masa pensiun juga  profesi ini masih dipandang sebelah mata sehingga sering dikesampingkan.

Hari yang aku nanti akhirnya tiba, kamis 10 April 2013 di Kantor Bupati, Bapak Bupati melantik dan mengukuhkan para pejabat struktural Kutai Timur termasuk Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah.  Aku berharap kehadiran ku akan merubah warna Pengawas Sekolah menjadi warna yang disenangi dan diharapkan orang banyak terutama guru-guru dan sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Timur. Aku yakin ini adalah kado terindah dihari ulang tahun ku .. aku ingin membawa peruban yang lebih baik Korps Pengawas Sekolah di Kutai Timur.

Hari-hari pertama menjalani tugas sebagai Pengawas Sekolah memang terasa canggung, sepertinya butuh adaptasi dengan lingkungan dan pergaulan.  Karena hampir semua teman pengawas memilki usia lebih senior dengan masa kerja juga jauh di atas ku, mungkin ini salah satu yang harus aku pahami sebagi orang baru dan masih tergolong muda.

Tahun  pertama berlalu sebagai pengawas sekolah belum banyak yang aku lakukan, semua berlalu begitu saja. Aku masih terusik dengan pandangan orang-orang yang menganggap Pengawas Sekolah hanya sebagai kumpulan orang yang terbuang dan sengaja di parkir menunggu masa pensiun.  Itu semua sangat mengganggu hari-hari ku dalam bertugas, terasa putus asa dan hilang semangat untuk berkarya. 
Aku berfikir ...
Inilah akhir perjalanan karir ku ...

Hidup bukan untuk menyerah ...
Kalimat sederhana ini sangat bermakna, memang aku tidak boleh menyerah, ... putus asa dan merasa terbuang oleh keadaan.  Perjalanan ini belum berakhir, perjuangan tetap harus berlanjut, dan  pastinya ini adalah yang terbaik untuk ku, Alloh maha pengasih dan penyayang ... maha tahu atas segalanya.

Aku harus merubah semua,  Pengawas Sekolah adalah Profesi baru ku ... kalu selama ini banyak anggapan yang negatif terhadap Profesi Pengawas Sekolah itu karena para pelakunya sendiri yang tidak mau menjadikan profesinya benar-benar profesional.  Ini aku sadari ... masih banyak Pengawas Sekolah yang enggan meningkatkan kompetensinya, dan belum maksimal dalam menjalankan profesinya. 

Disisi lain sistem perekrutan Pengawas Sekolah juga masih perlu adanya perbaikan dan perubahan.  Jika menginginkan Pengawas Sekolah yang kompeten, harusnya juga berawal dari guru yang memiliki kompetensi sesuai yang dipersyaratkan.  Banyak Pengawas Sekolah yang dianggap kurang kompeten karena memang sejak awal ... sejak pengangkatannya pun berasal dari guru / kepala sekolah yang memang kurang mendukung kompetensinya.

Ini menjadi tantangan terberat ... banyak yang harus aku perbaiki, setidaknya aku harus selalu meningkatkan kompetensi yang aku miliki. 

Karir ku belum berakhir ...
Hidup bukan untuk menyerah ...

Terima kasih dan maaf untuk semua nya, bimbingan dan arahannya tetap aku butuhkan
...

^^^refleksi di milad ku ke 45^^^
9 april 1972 / 9 april 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar